Syaikh
abd al-Rahman al-Sa’di vmendefiniskan
syukur dengan mengatakan syukur adalah pengakuan jiwa atas nikmat-nikmat Allah
dan pujian terhadapnya atas semua nikmat itu dan penggunaannya dalam hal-hal
yang diridhoi oleh Allah l.
Apa
yang dinyatakan oleh al-Sa’di vmenunjukkan
bahwa untuk mewujudkan syukur atas nikmat yang telah Allah berikan, ada tiga
unsur yang harus dipenuhi yaitu unsur qalbun (hati), lisan (lisan)
dan yang dimaksud disisni adalah ucapan serta ‘amal al-jawarih (amal
anggota badan); dan dari tiga unsur yang harus dipenuhi ini, dapat dimengerti
bahwa syukur merupakan bagian dari iman, sehingga hanya orang-orang yang
berimanlah yang akan mensyukuri setiap nikmat yang telah Allah anugerahkan kepada
mereka.
Ketika
Allah l
menceritakan orang-orang munafik yang akan Allah masukkan mereka ke dalam dasar
api neraka dalam surat al-Nisa ayat ke-145, Allah mengecualikan orang-orang
yang bertaubat dari kalangan munafik lalu beriman, setelah itu pada ayat ke-147
Allah l
menafikan siksa bagi mereka yang bersyukur atas nikmat yang telah Allah
anugerahkan berupa keimanan dengan menyatakan:
$¨Bã@yèøÿtª!$#öNà6Î/#xyèÎ/bÎ)óOè?ös3x©öNçGYtB#uäur4tb%x.urª!$##·Å2$x©$VJÎ=tãÇÊÍÐÈ
Allah
tidak akan menyiksa kalian jika kalian bersyukur dan beriman; dan Allah Maha
Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.
Dalam
ayat yang mulia ini syukur ditafsirkan sebagai amal perbuatan sebagaimana yang
disebutkan oleh Ibn Katsir dalam menafsirkan in syakartum (jika kalian
bersyukur) dengan jika kalian memperbaiki amal perbuatan kalian. Oleh karena
itu sisi terpenting dari wujud syukur ada pada realisasi atau perwujudan rasa
syukur tersebut dalam bentuk amal-amal perbuatan yang diridhoi oleh Allah l.
Mari kita renungkan
bersama firman Allah l
dalam surat Ibrahim ayat yang ketujuh:
øÎ)urc©r's?öNä3/uûÈõs9óOè?öx6x©öNä3¯RyÎV{(ûÈõs9ur÷Länöxÿ2¨bÎ)Î1#xtãÓÏt±s9ÇÐÈ
dan
tatkala Rabb kalian memaklumkan; "jika kalian bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) itu untuk kalian, dan jika kalian mengingkari (nikmat) itu,
maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
Ayat yang mulia ini
menyampaikan pesan yang sangat kuat yang sudah selayaknya dijadikan oleh
seorang muslim sebagai motivasi kehidupannya untuk mau bersyukur. Karena ayat
ini menyimpan janji dari Allah l
bahwa jika manusia mau bersyukur atas nikmat yang telah diberikan, Allah akan
tambah nikmat itu dan jika manusia mengingkari nikmat itu, maka Allah telah
mengancam manusia dengan siksa yang pedih. Dan janji Allah l pasti akan ditepatinya.
Satu hal yang perlu
menjadi catatan bahwa dalam ‘memberi’ Allah l selalu mengaitkannya dengan masyi’ah (kehendak)
seperti terdapat dalam banyak ayat di al-Qur’an:
...t$öq|¡sùãNä3ÏZøóãª!$#`ÏBÿ¾Ï&Î#ôÒsùbÎ)uä!$x©...
...Maka Allah nanti akan memberimu kekayaan kepadamu dari karuniaNya,
jika Dia menghendaki...(al-Taubah:
28)
...ß#ϱõ3usù$tBtbqããôs?Ïmøs9Î)bÎ)uä!$x©...
…MakaDiamenghilangkanbahaya yang
karenanyakamuberdoakepadanya, jikaDiamenghendaki…(al-An’am: 41)
...óÜ>qçFturª!$#4n?tã`tBâä!$t±o3...
…dan Allah menerimataubat orang
yang dikehendakiNya…(al-Taubah:
15)
Dan ayat-ayat lain yang semisalnyadalam
al-Qur’an.Namunterkaitdengantambahannikmat yang akan Allah berikan,
dalamayatini Allah ltidakmenggandengkannyadenganmasyi’ahmeskipuntidakadasatupunhal
yang terjadi di luarkehendak-Nya;
namuninimengandungisyaratbahwajikamanusiamaumensyukurinikmat Allah l, maka Allah akanlangsungmenambahnikmat yang telah
Allah anugerahkan. Wallohua’lam.
0 komentar:
Posting Komentar
"Berikan komentar terbaik antum untuk membangun pengembangan blog huda cendekia"